"ASMA DAN MANIFESTASI EKSTRAPULMONAL"
Dr Widodo Judarwanto SpA
CHILDREN ALLERGY CENTER
Rumah Sakit Bunda Jakarta, Jl Teuku cikditiro 28 Jakarta Pusat
PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN)
JL Rawasari Selatan 50 Jakarta Pusat. Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
telp : (021) 70081995 – 4264126 – 31922005
email : wido25@hotmail.com , http://alergianak.bravehost.com
ABTRAKS
Angka kejadian asma terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu tumbuh dan berkembangnya. Asma adalah salah satu manifestasi alergi. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Selain gangguan pulmonal gangguan yang menyertai adalah gangguan organ tubuh lain, gangguan pertumbuhan, perkembangan, perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya. Tetapi permasalahan tersebut belum banyak terungkap dan diperhatikan. Gangguan tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak penderita asma yang sudah banyak mengalami gangguan sistem pernapasan. Selama ini yang diungkapkan tentang asma mungkin hanya seputar patofisiologi, manifestasi klinis, pengobatan dan pencegahan.
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab. Yang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita astma bisa diturunkan ke anak. Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berpernanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozon, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres1,2.
PERMASALAHAN PENDERITA ASMA
Sering kambuh dan berulangnya keluhan asma, sehingga orang tua frustasi akhirnya berpindah-pindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Hal ini dilakukan karena sering kali keluhan alergi pada anak tersebut sering kambuh meskipun diberi obat yang terbaik. Bila penatalaksanaan tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan asma akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan7.
Penderita asma lebih beresiko mengalami terjadi reaksi anafilaksis fatal akibat alergi makanan yang dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telor. Manifestasi klinis reaksi makanan yang fatal adalah timbulnya gangguan pernapasan (sesak, wheezing) dan gangguan vaskular (pingsan, gangguan kesadaran, hipotensi hingga syok). Di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 150 anak meninggal karena reaksi alergi makanan yang fatal ini3.
Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Asma menyebabkan kehilangan 16 persen hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34 persen di Eropa, dan 40 persen di Amerika Serikat2.
Penderita alergi dan asma sering dikaitkan dengan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda dapat menimbulkan obesitas atau bahkan sebaliknya terjadi malnutrisi. Penelitian yang dilakukan oleh Erika von Mutius dkk dari University Children's Hospital, Munich, Germany menyebutkan bahwa BMI tampaknya merupakan factor resiko independent pada terjadinya asma. Sebaliknya didapatkan penelitian pada penderita asma terdapat resiko gangguan pertumbuhan tinggi badan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Baum mengungkapkan penderita asma sering terjadi peningkatan platelet-activating factor (PAF) yang ternyata dapat menghambat produksi PGE2 dalam osteobast. Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu faktor lokal yang berperanan penting untuk pertumbuhan tulang5. Ellul dalam penelitiannya mengungkapkan keterkaitan asma dan penyakit celiac pada anak. Secara bermakna didapatkan kenaikkan resiko terjadinya asma pada penderita celiac. Celiac adalah gangguan saluran yang tidak dapat mencerna kandungan gluten dan sejenisnya. Manifestasi klinis yang timbul adalah gangguan saluran cerna, dermatitis herpertiformis dan gagal tumbuh4.
Sering dijumpai bahwa penderita asma pada anak mendapatkan overdiagnosis atau overtreatment. Tidak jarang ditemui penderita asma yang didiagnosis dan diobati sebagai tuberkulosis dan saat mengalami infeksi saluran napas atas sering didiagnosis pnemoni hanya berdasarkan foto rontgen dada. Hasil foto rontgen asma, brnkitis, pnemoni dan tuberkulosis kadang hampir mirip karena terjadi peningkatan gambaran infiltrat paru. Bila tidak cermat maka maka sering terjadi overdiagnosis penyakit lainnya pada kasus asma7.
Pada penderita asma sering mengalami keadaan daya tahan yangtidak optimal, relatif mudah terkena infeksi. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi saluran napas berulang berupa faringitis, tonsilitis, sinusitis, dan infeksi saluran napas akut lainnya. Tetapi yang harus lebih dikawatirkan adalah meningkatnya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang penderita asma mendapatkan pengobatan yang menyimpang, seperti pemberian antibiotika, anti alergi atau korticosteroid peroral berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama7.
MANIFESTASI KLINIS LAIN YANG MENYERTAI
Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya sesak selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Reaksi alergi yang dapat menggganggu beberapa sistem dan organ tubuh anak dapat menyertai penderita asma. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh, bisa terpengaruh bisa melemah. Penderita asma juga sering disertai gangguan alergi pada organ tubuh yang lain seperti sering disertai hay fever, rinitis, sinusitis, dermatitis, conjungtivitis, migrain dan gangguan hormonal. Pada gangguan saluran kencing didapatkan gejala sering kencing, sistitis atau bedwetting. Gangguan saluran cerna yang sering didapatkan adalah gastroesofageal refluk, Irritabel Bowel Syndrome, nyeri perut berulang, konstipasi dan gangguan saluran cerna lainnya9,10. Pada sistem otot dan tulang didapatkan keluhan myalgia atau artralgia pada kaki, tangan, atau pada leher dan nyeri dada ("pseudo heart attack"). Pada gangguan sistem vaskular didapatkan gejala palpitasi, mudah pingsan, kolap dan hipotensi.
PERMASALAHAN DALAM PERIODE PERINATAL
Faktor resiko yang dapat mengakibatkan asma dan beberapa faktor yang terkait dengan maternal asma dapat diamati dan terjadi saat periode perinatal. Bayi dengan berat lahir sangat rendah merupakan faktor resiko terjadinya asma dan kejadian wheezing pada usia anak. Kesimpulan lain didapatkan riwayat keluarga asma juga sering dikaitkan dengan kelahiran premature, bayi lahir sangat rendah dan kejadian bronchopulmonary displasia dan penyakit paru kronik pada bayi prematur6.
Transient tachypnea of the newborn atau transient respiratory distress of the newborn tampaknya juga sering dikaitkan dengan kejadian asma. Kasus sesak bayi baru lahir ini tampaknya akhir-akhir ini juga semakin meningkat pesat. Dahulu teori yang dikaitkan dengan kelainan ini adalah akibat tidak terjadinya squeezing atau pemerasan paru saat kelahiran sectio caesaria. Tetapi banyak penelitian terakhir mengungkapkan hal ini terjadi karena produksi cairan paru janin yang ternyata lebih banyak. Faktor resiko kelainan ini adalah maternal asma dan paparan rokok saat kehamilan7. Penelitian lain menyebutkan penderita transient tachypnea of the newborn beresiko lebih mudah terjadi asma saat usia prasekolah. Fenomena tersebut juga yang menimbulkan suatu penemuan ilmiah bahwa dengan pemberian injeksi betametason pada ibu hamil menjelang persalinan ternyata dapat mengurangi resiko terjadi transient tachpnea of the newborn secara drastis10,11.
Didapatkan penelitian yang mengejutkan yang dilakukan Croen. Maternal asma atau asma saat kehamilan ternyata bisa meningkatkan resiko terjadinya autis pada anak yang dilahirkan. Penelitian ini dilakukan terhadap 88.000 anak pada tahun 1995 – 1999 di North California8.
GANGGUAN NEUROLOGI DAN GANGGUAN PERILAKU
Tak terkecuali ternyata otak ataupun susunan saraf pusat ternyata dapat terganggu oleh reaksi alergi atau asma. Reaksi alergi dengan berbagai manifestasi klinik ke sistem susunan saraf pusat dapat mengganggu neuroanatomi dan neurofungsional, Selanjutnya akan mengganggu perkembangan dan perilaku pada anak. Beberapa gangguan perilaku yang pernah dilaporkan pada penderita alergi juga pernah dilaporkan pada penderita asma. Banyak penelitian juga menyebutkan gangguan perilaku seperti gangguan emosi, agresif, gangguan tidur dan gangguan perilaku buruk lainnya sering menyertai penderita asma pada usia anak19,20,21,22.
Pada tes kepribadian dapat terlihat bahwa pasien-pasien asma lebih bersifat mengutamakan tindakan fisik, lebih sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial, dan mempunyai mekanisme defensif yang kurang baik. Jumlah serangan alergi yang dilaporkan oleh pasien ternyata berhubungan dengan meningkatnya kecemasan, depresi, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Reichenberg K mengadakan pengamatan pada anak penderita asma usia 7-9 tahun, didapatkan gangguan emosi dan gangguan perilaku lainnya32. Jill S Halterman, dari the University of Rochester School of Medicine di Rochester, New York, melaporkan penderita asma di usia sekolah lebih sering didapatkan perilaku sosial yang negatif seperti mengganggu, berkelahi atau melukai teman lainnya. Sebaliknya juga didapatkan perilaku pemalu dan mudah cemas. Bahkan peneliti terbaru lainnya mengungkapkan bahwa penderita asma berpotensi untuk terjadi gangguan kejiwaan, seperti depresi dan sebagainya.
Asma dengan berbagai mekanisme yang berkaitan dengan gangguan neuroanatomi susunan saraf pusat dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinis seperti sakit kepala, migrain, vertigo, kehilangan sesaat memori. Strel'bitskaia seorang peneliti mengungkapkan bahwa pada penderita asma didapat gangguan aktifitas listrik di otak, meskipun saat itu belum bisa dilaporkan kaitannya dengan manifestasi, mengungkapkan bahwa asma dan adhd ternyata berkaitan dengan riwayat asma dan adhd pada orang tua dan keluarga. klinik29. Asma juga sering dikaitkan dengan gangguan neurologi seperti migrain. Siniatchkin M melaporkan penderita asma disertai migrain pada anak juga berkaitan dengan gejala asma dan migrain pada salah satu orang tua30. Storfer tahun 2000, melaporkan dalam pengamatan pada 2.720 anak penderita alergi dan asma terdapat kecenderungan terjadi myopia 2 kali lebih besar. Sehingga anak alergi atau asma 2 kali lebih besar untuk memakai kaca mata sejak usia muda. Yang menarik dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa pada kelompok asma dan alergi didapatkan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi. Penderita asma sering dikaitkan dengan gangguan ADHD. Penelitian menunjukkan angka rerata kejadian ADHD lebih tinggi terjadi pada wanita penderita asma. Biederman, mengungkapkan kaitan kormobiditias dan riwayat keluarga antara ADHD dan asma antara anak dan orang tua10.
Banyak laporan penelitian yang juga mengungkapkan bahwa pada penderita asma juga disertai gangguan tidur. Gangguan biasanya ditandai dengan awal jam tidur yang larut malam, tidur sering gelisah, sering mengigau, menangis dan berteriak. Tengah malam sering terjaga tidurnya hingga pagi hari atau mimpi buruk pada malam hari28.20.
Tampaknya banyak fakta dan penelitian yang ternyata mengungkapkan bahwa penderita asma selain mengalami gangguan pada penyakit di paru-parunya juga mengalami manifestasi lain pada gangguan beberapa organ tubuh dan gangguan perilaku. Meskipun demikian beberapa fenomena tersebut masih harus memerlukan penelitian lebih lanjut. Melihat demikian kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin bisa terjadi maka tindakan pencegahan asma sejak dini bahkan sejak di dalam kandungan harus mulai dilakukan.
PENUTUP
Asma penyakit kronik yang bamyak terjadi pada anak ternyata beresiko terjadi gangguan tumbuh dan berkembangnya anak. Asma sebagai salah satu manifestasi alergi, tidak hanya hanya mengganggu sistem pernapasan tetapi juga mengganggu berbagai orang dan sistem tubuh. Gangguan neurologi dan gangguan perilaku juga banyak terjadi pada penderita asma.
Daftar Pustaka
1. Larsen GL: Asthma in children. N Engl J Med 1992 Jun 4; 326(23): 1540-5.
2. Castro-Rodriguez JA, Holberg CJ, Wright AL: A clinical index to define risk of asthma in young children with recurrent wheezing. Am J Respir Crit Care Med 2000 Oct; 162(4 Pt 1): 1403-6.
3. Colver AF, Nevantaus H, Macdougall CF, Cant AJ. Severe food-allergic reactions in children across the UK and Ireland, 1998-2000. Acta Paediatr., 2005 Jun;94(6):689-95
4. Ellul P, Vassallo M, Montefort S. Association of asthma and allergic rhinitis with celiac disease. Indian J Gastroenterol [serial online] 2005;24:270-271.
5. W. F. Baum1, U. Schneyer2, A. M. Lantzsch2, E. Klöditz1. Delay of growth and development in children with bronchial asthma, atopic dermatitis and allergic rhinitis.Exp Clin Endocrinol Diabetes 2002; 110: 53-59.
6. Michael Evans, Mari Palta, Mona Sadek, Marie R. Weinstein, Mary Ellen Peters. Associations between Family History of Asthma, Bronchopulmonary Dysplasia, and Childhood Asthma in Very Low Birth Weight Children. American Journal of Epidemiology Vol. 148, No. 5: 460-466.
7. Judarwanto W. Overdiagnosis tuberkulosis of nonspesificic respiratory distress in children. Presented in World Lung Congress, Paris Frances 2006.
8. Croen et al., Allergies or asthma during pregnancy may increase the risk of giving birth to a child who develops autism. Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, February, 2005; Vol. 159: pp. 151-157
9. Yamada T, Murayama T, Taguchi H.. A case of interstitial cystitis that developed alternately with bronchial asthma. Hinyokika Kiyo. 1987 Jan;33(1):85-9..
10. Biederman J, Milberger S, Faraone SV, Guite J, Warburton R.Associations between childhood asthma and ADHD: issues of psychiatric comorbidity and familiality. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 1994 Jul-Aug;33(6):842-8.
11. Kitaw Demissie, Stephen W. Marcella, Mary B. Breckenridge, George G. Rhoads. Maternal Asthma and Transient Tachypnea of the Newborn. Pediatrics 102,1, 1998, 84-90.
12. Peter Stutchfield, Rhiannon Whitaker. Ian Russell. Antenatal betamethasone and incidence of neonatal respiratory distress after elective caesarean section: pragmatic randomised trial. BMJ 2005;331:662
13. Harding SM, Richter JE. The role of gastroesophageal reflux in chronic cough and asthma. Chest, 1997; 111: 1389-1402
14. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 1994 Jul-Aug;33(6):842-8. Associations between childhood asthma and ADHD.
15. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 1996 Aug;35(8):1042-9. Psychiatric family history in adolescents with severe asthma
16. Silva PA, Sears MR, Jones DT, Holdaway MD, Hewitt CJ, Flannery EM, Williams S. Some family social background, developmental, and behavioural characteristics of nine year old children with asthma. N Z Med J 1987; 100:318-20..
17. Woller W, Jung K, Alberti L, Worth H, Weske G, Kraut D. Anxiety and illness behavior in bronchial asthma. Pneumologie,1990,44 Suppl 1, 114-5.
18. Woller W, Kruse J, Schmitz N, Richter B Determinants of high risk illness behavior in patients with bronchial asthma. Psychother Psychosom Med Psychol Mar 1998 ,48, 3-4, 101-7.
19. Ducolone A, Vandevenne A, Jouin H, Grob JC, Coumaros D, Meyer C, Burghard G, Methlin G, Hollender L. Gastroesophageal reflux in patients with asthma and chronic bronchitis. Am Rev Respir Dis 1987; 135: 327-332
20. Costa M, Brookes SJ. The enteric nervous system. Am J Gastroenterol 1994;89:S29-137.
21. William H., Md Philpott, Dwight K., Kalita, Dwight K. Kalita, Linus Pauling, Linus. Pauling, William H. Philpott. Brain Allergies: The Psychonutrient and Magnetic Connections.
22. Allergy induced Behaviour Problems in chlidren . htpp://www.allergies/wkm/behaviour.
23. Brain allergic in Children.htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.
24. Jonathan M. Feldman et all. Psychiatric Disorders and Asthma Outcomes Among High-Risk Inner-City Patients. Psychosomatic Medicine, 2005, 67:989-996,.
25. Judarwanto W. Dietery Intervention as Therapy for behaviour problem in Children with Gastrointestinal Allergy. Presented at World Congress Pediatric Gastroenterology Hepatology Nutrition, Paris, Juli 2004.
26. Judarwanto W.. "Dietery Intervention as a therapy for Headache in Children with Gastrointestinal Allergy"; pada "8th Asian & Oceanian Congress of Child Neurology, Newdelhi India", 7 – 10 Oktober, 2004.
27. Judarwanto W. "Dietery Intervention as a therapy for Sleep Difficulty in Children with Gastrointestinal Allergy"; pada "24TH International Congress of Pediatric Cancun Mexico", 15-20 Agustus,2004.
28. Stores G, Ellis AJ, Wiggs L, Crawford C, Thomson A Sleep and psychological disturbance in nocturnal asthma. Arch Dis Child 1998; 78:413-9.
29. Strel'bitskaia RF, Bakulin MP, Kruglov BV. Bioelectric activity of cerebral cortex in children with asthma.Pediatriia 1975 Oct;(10):40-3.
30. Siniatchkin M, et all. Migraine and asthma in childhood: evidence for specific asymmetric parent-child interactions in migraine and asthma families. Cephalalgia 2003; 23:790-802.
31. Ray C, Wunderlich, Susan PPrwscott. Allergy, Brains, and Children Coping. London.2003
32. Reichenberg K, Broberg AG. Emotional and behavioural problems in Swedish 7- to 9-year olds with asthma. Chron Respir Dis 2004; 1:183-9.
[/size][size="5"]